Selama 23 tahun saya hidup di jakarta, sepertinya bulan ramadhan di Tanjung Priok, Jakarta Utara tidak pernah secrowded ini. Seperti Senin kemarin dan beberapa hari sebelumnya selama Ramadhan, jalanan sepanjang To Wiyoto Wiyono macet parah. Terutama ketika akan turun tol di Plumpang, mobil sudah tidak bisa bergerak.
Banyak pendapat masyarakat mengenai hal ini, dimulai dari zamannya Presiden kedua kita tidak pernah menyebabkan Tg. Priok macet, sampai mengarah kepemimpinannya Jokowi yang berjanji memperbaiki moda transportasi, tapi justru malah semakin padat merayap.
Apa kira-kira yang menyebabkan kurang lebih sepanjang 5 km kendaraan merayap padat? Saya mencoba menganalisis penyebab, dampak, dan juga solusi dari masalah kemacetan ini. Penyebabnya yaitu:
- Pelabuhan tg. Priok sudah tidak sanggup menampung ratusan kontainer yang masuk
- Arus ekspor & impor yang kencang memperparah kondisi tg. Priok
- Banyaknya jalan yang rusak dan pembangunan flyover yang belum jadi 100%
- Murahnya harga mobil dan motor menyebabkan merebaknya orang kaya baru di kawasan ini
Dampak:
- Kemacetan parah kurang lebih sampai 5km
- Borosnya bahan bakar
- Pulang telat lebih dari dua jam
- Ibadah menjadi tidak maksimal, terlebih ini bulan Ramadhan
Solusi:
- Jika ingin dikonsentrasikan sebagai wilayah pelabuhan, kosongkan wilayah ini dari perumahan warga
- Buat pemisah jalan antara jalan khusus kontainer & jenis kendaraan lain
- Naikkan harga kendaraan bermotor beserta pajaknya
- Perbaiki moda transportasi sehingga meskipun menjadi sentra industri dan pelabuhan, Tg. Priok tetap aman dan keselamatan orang yang melintas di wilayah ini terjamin.
Kemacetan bukan menjadi pelayanan jasa baru bagi masyarakat Jakarta, hanya saja untuk wilayah Tg. Priok dan sekitar ini semakin memperparah keadaan karena efektivitas waktu dan neraca jam kerja masyarakat menjadi sangat terganggu.