Mengajar itu bukan sesuatu hal yang biasa. Baik di desa dan
kota memiliki tantangan dan kenikmatannya masing-masing. Tujuannya sama-sama
mulia, mencerdaskan anak bangsa. Tapi mengajar menjadi sesuatu yang biasa jika
tidak disertai dengan mendidik. Karena mengajar tanpa mendidik seperti memakan
nasi yang belum matang.
Akhir-akhir ini kesabaran seperti sedang diuji. Sepertinya
Tuhan ingin meminta bukti-Nya bahwa menghadapi anak-anak ini harus
sangat membutuhkan kesabaran ekstra. Entah apa aku kuat untuk menghadapi setiap
hari ocehan-ocehan mereka.. huphttt...
Anak-anak ini seringkali membuat aku kesal, namun
melihat sekali lagi tingkah laku mereka, memperhatikan mereka, kepolosan itu
masih terpancar. Mereka hanya ikut-ikutan budaya yang masuk dalam hidupnya.
Perkembangan zaman tidak selalu salah. Melek teknologi pun tiada salah. Anak-anak ini sangat bisa dewasa sebelum waktunya.Ketika arus media semakin merajalela. Karakter dasar harus kokoh sebagai pondasi awal untuk melangkah. Kepedulian orangtua harus menjadi faktor utama untuk menjaga keutuhan. Ketika tidak didukung oleh perhatian orangtua jangan salahkan anak jika mereka hanya bisa jadi peniru budaya negatif, tanpa adanya contoh serta teladan yang baik untuk mereka.
Anak-anak ini yang menjadi alasan kuat ketika panggilan akan pengabdian itu menggedor-gedor jiwa. Meminta dan merengek kepada Yang Kuasa agar diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu untuk bangsa. Untuk semakin mengenal apa itu saudara. Dan disinilah. Desa Sinorang yang akan mengajarkan aku untuk lebih dewasa.