Sabtu, 15 Januari 2011
Depdik 2010..
Sabtu, 15 januari 2011.. sekitar pukul 15.00 WIB..
Villa Yawitra Sukabumi..
Sidang UMUM BEM UNJ 2010-2011..
Setelah kurang lebih empat hari menghabiskan waktu bersama dalam perpisahan sekaligus sidang umum ini,,akhirnya kita bisa kumpul banyak juga.. <walau tetap ada saja belum bisa menggenapkan ke-14 pejuang ini :) tapi di moment terakhir ini.. banyak sekali kisah.. ada janji yang tertunaikan, ada pesan yang memberatkan, ada malam yang mempesonakan, ada isak tangis yang mengharukan, dan ada tawa canda yang menyesakkan. Ya,,sesak.. karena ini adalah hari terakhir kita bersama dalam amanah Departemen Pendidikan BEM UNJ 2010..
Kisah yang tak pernah bosan untuk dituliskan, namun kebanyakan diam jika harus diutarakan secara lisan. Karena yang datangnya dari hati, akan sampai pula ke hati.. Agak khawatir jika harus menyampaikan, takut terbawa perasaan.. :)
Hari itu telah menjadi sejarah yang tak ternilai.. Karena keimanan, cinta, ukhuwah, & pembelajaran tidak pernah terbeli oleh apapun juga.. Tidak pernah menyesal untuk meraup banyak sekali pelajaran dari mentor2 yang setia mengingatkan, memberi arahan, semangat dan optimisme yangg tiada pernah putus, dan juga sebuah kepercayaan besar..
Terima kasih teruntuk kakak-kakak tersayang....
Ahad, 15 Januari 2012
Depdik 2011
Ahad, 15 Januari 2012, sekitar pukul 16.30 WIB
Rumah Hafiz Farihi, Cipondoh Tanggerang
Rihlah EduDik (Eduwa * Depdik)
Di tahun berikutnya, tanggal dan bulan yang sama.. Kami berkumpul, para pejuang luar biasa, Departemen Pendidikan 2011.. Inilah kami dalam sebuah bingkai perjuangan.. Kami yang sebenarnya ber-18 orang.. Beberapa rekan kami yg tidak hadir disini sedang berjuang di dimensi tempat yang berbeda. Alhamdulillah, kami masih bisa diberikan kesempatan untuk mengabadikan momen yang rencananya akan di rekam dalam Laporan Pertanggungjawaban Departemen Pendidikan BEM UNJ 2011.
Banyak sekali kesan.. Banyak sekali pembelajaran bersama kalian.. Sedikit demi sedikit dosa tahun lalu terhapuskan.. Memori satu tahun kebersamaan terasa begitu singkat terekam.. Disini, akhir-akhir episode kebersamaan kita dalam bingkai amanah penggagas isu-isu dan masalah pendidikan..
Hari ini belum berakhir.. Namun, banyak pernyataan untuk segera berakhir.. Tak tega.. Gentar.. dan penuh nada penyesalan.. Mengapa kalimat itu gampang terlontarkan? Bukankah dalam memori otak & hati kita ini tiada pernah berakhir? hehehe..
pernah ada masa-masa dalam cinta kita
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu
pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai
di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan di atas iman
bahkan saling nasehatpun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan di atas iman
bahkan saling nasehatpun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api
kubaca cendikiawan dinasti ming, feng meng long
menuliskan sebaitnya dalam ‘yushi mingyan’;
“bungapun layu jika berlebih diberi rawatan
willow tumbuh subur meski diabaikan”
menuliskan sebaitnya dalam ‘yushi mingyan’;
“bungapun layu jika berlebih diberi rawatan
willow tumbuh subur meski diabaikan”
maka kitapun menjaga jarak dan mengikuti nasihat ‘ali
“berkunjunglah hanya sekali-sekali, dengan itu cinta bersemi”
“berkunjunglah hanya sekali-sekali, dengan itu cinta bersemi”
padahal saat itu, kau sedang dalam kesulitan
seperti katamu, kau sedang perlu bimbingan
maka seolah aku telah membiarkan
orang bisu yang merasakan kepahitan
menderita sendiri, getir dalam sunyi
-ataukah memang sejak dulu begitulah aku?-
seperti katamu, kau sedang perlu bimbingan
maka seolah aku telah membiarkan
orang bisu yang merasakan kepahitan
menderita sendiri, getir dalam sunyi
-ataukah memang sejak dulu begitulah aku?-
dan sekarang aku merasa bersalah lagi
seolah hadirku kini cuma untuk menegur
hanya mengajukan keberatan, bahkan menyalahkan
bukan lagi penguatan, bukan lagi uluran tangan
-kurasa uluran tanganku yang dulupun membuat kita
hanya berputar-putar di kubangan yang kau gali itu-
seolah hadirku kini cuma untuk menegur
hanya mengajukan keberatan, bahkan menyalahkan
bukan lagi penguatan, bukan lagi uluran tangan
-kurasa uluran tanganku yang dulupun membuat kita
hanya berputar-putar di kubangan yang kau gali itu-
kini aku hanya menangis rindu membaca kisah ini;
satu hari abu bakr, lelaki tinggi kurus itu menjinjing kainnya
terlunjak jalannya, tertampak lututnya, gemetar tubuhnya
“sahabat kalian ini”, kata Sang Nabi pada majelisnya, “sedang kesal
maka berilah salam padanya dan hiburlah hatinya..”
satu hari abu bakr, lelaki tinggi kurus itu menjinjing kainnya
terlunjak jalannya, tertampak lututnya, gemetar tubuhnya
“sahabat kalian ini”, kata Sang Nabi pada majelisnya, “sedang kesal
maka berilah salam padanya dan hiburlah hatinya..”
“antara aku dan putera al khaththab”, lirih abu bakr
dia genggam tangan nabi, dia tatap mata beliau dalam-dalam
“ada kesalahfahaman. lalu dia marah dan menutup pintu rumah.
kuketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk memohon maafnya,
tapi dia tak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkan.”
dia genggam tangan nabi, dia tatap mata beliau dalam-dalam
“ada kesalahfahaman. lalu dia marah dan menutup pintu rumah.
kuketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk memohon maafnya,
tapi dia tak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkan.”
tepat ketika abu bakr selesai berkisah, ‘umar datang dengan resah
“sungguh aku diutus pada kalian”, Sang Nabi bersabda
“lalu kalian berkata ‘engkau dusta!’, wajah beliau memerah
“hanya abu bakr seorang yang langsung mengiya, ‘engkau benar!’
lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya.
masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku?”
“sungguh aku diutus pada kalian”, Sang Nabi bersabda
“lalu kalian berkata ‘engkau dusta!’, wajah beliau memerah
“hanya abu bakr seorang yang langsung mengiya, ‘engkau benar!’
lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya.
masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku?”
‘umar berlinang, beristighfar dan berjalan simpuh mendekat
tapi tangis abu bakr lebih keras, air matanya bagai kaca jendela lepas
katanya, “tidak ya Rasulallah.. tidak.. ini bukan salahnya..
demi Allah akulah memang yang keterlaluan..”
lalu diapun memeluk ‘umar, menenangkan bahu yang terguncang
tapi tangis abu bakr lebih keras, air matanya bagai kaca jendela lepas
katanya, “tidak ya Rasulallah.. tidak.. ini bukan salahnya..
demi Allah akulah memang yang keterlaluan..”
lalu diapun memeluk ‘umar, menenangkan bahu yang terguncang
ya Allah jika kelak mereka berpelukan lagi di sisiMu
mohon sisakan bagian rengkuhannya untuk kami
pada pundak, pada lengan, pada nafas-nafas ini..
mohon sisakan bagian rengkuhannya untuk kami
pada pundak, pada lengan, pada nafas-nafas ini..
_Pernah ada masa-masa by: Ust. Salim A. Fillah_
Mohon maaf yang sebesar-besarnya.. Jika diri banyak melukai..
Harapku.. Tahun depan ada satu moment indah di tanggal dan bulan yang sama, seperti dua kisah yang sedikit diceritakan di atas.. Karena klo kebanyakan, bakal jadi dua novel sendiri.. hehehe.. :P
Teruntuk keluarga besar Departemen Pendidikan BEM UNJ 2010-2012..
Terima kasih atas ukhuwah, jalinan persaudaraan, ilmu-ilmu yang bermanfaat, kepercayaan dan pengingatan yang tiada pernah putus.. Semoga ini bukan menjadi yang terakhir untuk ukhuwah terindah yang Allah semaikan dalam kebersamaan ini..
Jazakumullah Khairan Katsir..
Afwan Jiddan yaa saudara-saudari....
No comments:
Post a Comment