Friday, October 29, 2010

Sedikit cerita dari langit

Disebuah negeri langit dimana para pahlawan negara Ina berkumpul terjadilah perbincangan yang sangat ramai di perbincangkan menyoal  kebencian manusia terutama warga negara Ina terhadap negaranya.  “pak sudah lihat fenomena belakangan ini?, hampir semua rakyat teracuni pikirannya oleh Liberalisme sehingga membuat mereka mencaci maki negaranya sendiri negara yang kita rebut kemerdekaanya dengan pengorbanan yang luar biasa harta, darah, air mata dan nyawa?”  ucap seseorang bernama Tomo kepada Soedirman.

Memang belakangan ini negara Ina benar-benar kacau balau dimana hampir tidak ada sama-sekali yang mencintai negaranya sendiri. bahkan cacian dan makian sering terlontar dari mulut rakyatnya kepada negara. mereka bilang itu kebebasan. saking bebasnya mereka bangga mencaci negaranya sendiri didepan umum yang sangat merendahkan martabat  negara mereka sendiri di hadapan negara lain.
dan tiba-tiba datang seorang Ibu dengan menangis kepada Soekarno yang berada dalam perbincangan hebat penghuni langit pahlawan negara Ina  “aku malu cucuku tidak menghargai perjuanganku demi negara ini seandainya dia tau Ibunya dilahirkan dalam perang dan aku mati sebelum Ibunya besar demi kemerdekaan dan kelangsungan hidup anak cucuku tapi sekarang?” .

Dan mereka sepakat mencari akar permasalahannya, diutuslah Soekarno untuk mencari akar permasalahanyang sebenarnya. ditengah perjalanan Soekarno bertemu Hitler di langit yang berbeda dan berkata “ kasihan kamu no, rakyatmu sekarang membenci negaranya, aku walaupun banyak orang yang membenciku tapi kujamin mereka mencintai negaranya”. tertunduk malu Soekarno meneruskan perjalanannya. dan bertemu Che Guevara “ no, mau kemana kamu?” bercerita lah soekarno atas apa yang menimpanya. dan dia mendapat jawaban “ selain korupsi, kolusi dan nepotisme, uang, harta ,  dan  kekuasaan, pikiran merekalah yang sudah teracuni oleh gurita kapitalisme yang dari dulu sangat aku benci dan bagusnya negaraku tidak seperti negaramu”. Soekarno makin malu, dan tak tertahankan sampai dia kembali ke negri langit pahlawan Ina.

Sesampainya di sana “ apa yang kau dapat no?” tanya orang-orang disana. “aku malu semua mengejek negara yang sangat aku banggakan negara yang dulu kalau mendengar namanya saja semua hormat dan memberikan pujian, negara yang dulu sangat membuat takut para pembangkang-pembangkang dan membuat para penjajah merinding bila mendengar namanya saja. negara kalau disebut namanya semua ingat dengan kebesaran namanya, kekayaan alamnya, dan kecerdasan manusianya  dan  tak ada yang berani main-main dengan negara kita dulu “. “memang apa yang mem buatmu seperti itu no?, kau terkenal diantara kami, semua mencintaimu bahkan negara2 lain?” . “sekarang negara kita negara pengecut!, mereka tak sadar sedang dijajah, kekayaan bumi negara kita habis untuk negara lain, mereka hanya mementingkan dirinya sendiri tak ada lagi kepentingan negara, semua hanya untuk perut dan kesenangan mereka. mereka dibodohi tapi merasa pintar, pengecut yang mencari pembenaran dengan pikiran-pikiran mereka yang sudah sangat berhasil diracuni  oleh negara lain. mereka tak punya harga diri. aku malu….”  Soekarno mengeluarkan apa yang dia dapat dalam perjalanan sambil menangis.

Lalu Hasanudin, patimura, Diponegoro dan pahlawan yang lain berunding bersama Soekarno. “no, aku ingin tau apa yang kau rasakan dan apa yang membuat kita semua malu, coba jelaskan kenapa bisa terjadi hal demikian?” Tanya Diponegoro. “seperti yang tadi aku jelaskan di depan umum sekarang tokoh dan pemimpin negeri ini hanya berfikir untuk dirinya tidak lagi untuk negara, itu membuat  rakyat benci pemerintahan dan meluas dengan menggunjing negara mereka sendiri, ditambah lagi pemikiran-pemikiran mereka telah diracuni oleh kepentingan-kepentingan negara lain yang muda sudah tak ada sama sekali pemikiran mencintai negara mereka, yang ada hanya kesenangan  dan yang paling parah para pengecut sembunyi dibalik pembenaran mereka. mereka mencaci maki habis-habisan negara mereka sendiri karena ketakutan mereka akan sebuah pengorbanan individual nanti. beda sekali diwaktu kita dulu kita kami belajar  dari pemikiran orang luar hanya untuk bangsa, kami berusaha sekuat tenaga menolak semua pemikiran-pemikiran yang hanya mementingkan kepentingan individual . tapi mereka sekarang sangat mudah diracuni mereka gampang mengiyakan jika sedikit saja menurut mereka masuk logika, mereka lupa kita merdeka diluar logika. dan yang paling membuat saya kesal mereka dengan mudah mengganti pedoman-pedoman seperti UUD 45 yang diamandemen dengan alasan mengikuti perubahan jaman. Apa yang berubah? mereka hanya menambahkan dan mengurangi sesuai kepentingan proyek-proyek mereka dengan alasan itu pula mereka meraup uang banyak hanya untuk tidur, jalan-jalan ,dan tanda tangan ketika merasa ada yang kurang mereka bukannya menelaah dan mencerna lebih dalam pedoman yang dulu dibuat dengan susah payah malah dengan kata “amandemen” mereka meraup uang, percuma saya mengeluarkan dekrit waktu itu untuk kembali ke UUD 45, dan yang paling parah Pancasila pun kini tak ada yang mengamalkan jangan kan mengamalkan mengingatnya saja pun mereka tidak mau, padahal dulu itu adalah sebuah
Ideologi yang banyak ditiru, sekarang mereka malah lebih senang dan cendrung memilih kapitalisme dan liberalism yang menurut mereka lebih modern!! bagaimana tidak malu…?” Jawab Soekarno dengan nada kesal.

Tiba-tiba masuklah Hatta dari ruang kiri sambil berbicara pelan “no, benar apa yang ku dengar barusan?”. semuanya pun melihat ke arah Hatta “akupun sangat sedih mendengarnya no, ekonomi kita yang dulu dengan susah payah aku rancang demi kesejahteraan rakyat kini mereka rubah-rubah hanya untuk kepentingan segelintir orang ,yang kaya makin kaya dan sombong, yang miskin makin menderita sampai merelakan harga dirinya. sekarang di otak mereka hanya uang-uang dan uang mereka hanya berfikir bagaimana mereka berpenghasilan tanpa memikirkan  orang-orang disekitar mereka, tak ada lagi yang namanya gotong royong semua punya kepentingan, mereka tak peduli ada yang menderita ketika mereka mendapatkan uang, ketika korupsi mereka berdalih untuk penyambung hidup , Bohong besar !! mereka lupa apa yang kita makan sewaktu jaman penjajahan?!, dan yang paling parah Koruptor minta naik gaji dengan alasan mencegah korupsi!!! sudah gila mereka no, seandainya kau mau turun ke bumi aku ikut , aku ingin tunjukan kemarahanku yang selama ini aku pendam” Ucap Hatta emosi.

Belum sempat Soekarno menjawab datang Dewantara dengan tergesa-gesa “ no, betul apa yang dikatakan orang-orang?,” semua mata sekarang tertuju kearah Dewantara yang masuk dengan terburu-buru “sudah  kuduga pasti akan berakhir seperti ini. Semenjak mereka menjadikan pendidikan sumber uang akupun sudah mulai gelisah dan aku sangat  kecewa no. aku memperjuangkan kesetaraan pendidikan tapi apa yang terjadi sekarang?,pendidikan identik dengan uang. sama hal dengan jaman penjajahan dulu, yang kaya  makin pintar yang miskin makin terjerembab dalam kebodohan akibat susahnya masuk sekolah karena biaya. dulu aku selalu memimpikan kesetaraan pendidikan dan makin lama makin pupus saja mimpiku itu.  ingat dulu sewaktu kita dengan bangga mengirim manusia-manusia cerdas pintar nan berpendidikan ke negara luar untuk berbagi ilmu yang kita punya dan orang-orang dari luar berdatangan ke negara kita untuk belajar. sekarang apa?, mereka bangga sekolah diluar negeri karena menilai pendidikan kita tidak ada apa-apanya. dan yang paling parah yang dikirim keluar negeri  mereka yang tidak punya skill atau berskill rendah?, kuakui mereka pahlawan devisa, tapi julukan itu terasa menyakitkan ketika yang kita kirim dianggap budak di negara orang dan tidak pernah dapat perhatian sedikitpun bahkan banyak yang pulang tak bernyawa . miris no, belum lagi melihat sekolah-sekolah di negara kita yang berada dipedalaman sungguh tidak layak disebut sekolah. bahkan nyaris ambruk. padahal jika menjual satu mobil dari puluhan yang parkir dirumah orang-itu bisa membangun sekolah yang bagus dan nyaman. dan siapa yang mau jadi guru sekarang?, karena pahlawan tanpa tanda jasa sudah mulai tak dihargai sekarang orang enggan dengan profesi itu mereka memilih yang lebih menghasilkan dibanding menjadi guru mengajar di pelosok-pelosok negeri. dan jika kau benar-benar ingin turun ke bumi titip salam ku menyoal keprihatinan dengan pendidikan sekarang ini”.

Sebuah cerita,,yang diambil dari blog seorang teman "http://fikrie.blogdetik.com/2010/09/20/cerita-dari-negeri-langit/#more-159"

No comments:

Post a Comment