Menurut data yang di dapat dari http://www.antaranews.com/berita, angka pengangguran di Indonesia kini mencapai 8,59 juta orang atau 7,41 persen dari total angkatan kerja di Nusantara sebanyak 116 juta orang.
"Angkatan kerja tersebut didominasi lulusan sekolah dasar (SD) 57,44 juta orang atau 49,42 persen," kata Dra Suwito Ardiyanto, SH,MH, widyaswara utama Bidang Penempatan Tenaga kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Denpasar, Rabu.
Ia mencontohkan, apabila terdapat sepuluh orang pencari kerja hanya tersedia tiga lowongan pekerjaan dan dari tiga lowongan itu hanya dua yang bisa diisi, sementara satu lagi tidak bisa dipenuhi akibat tidak memiliki keterampilan.
Dari segi persaingan internasional hasil survei "World Economic Forum 2010" menunjukkan Indonesia berada pada peringkat 54 dari 133 negara yang disurvei.
Dibanding dengan negara tetangga seperti Singapura yang menempati peringkat ketiga, Malaysia ke-24, Brunei Darussalam ke-32 dan Thailand ke-36, sehingga kondisi ketenagakerjaan di Indonesia sangat parah.
Salah satu upaya dalam mengatasi masalah tersebut dengan meningkatkan kualitas penempatan tenaga kerja, yakni penempatan tenaga kerja pada jabatan yang tepat. Upaya tersebut dilakukan melalui meningkatkan peranan penyuluhan dan bimbingan jabatan (PBJ).
Suwito Ardiyanto menambahkan, PBJ mempunyai dua tugas pokok yang sangat penting untuk menempatkan pencari kerja dalam jabatan yang tepat serta menemukan tenaga kerja yang cocok dengan kebutuhan pengguna tenaga kerja.
Untuk menempatkan pencari kerja dalam jabatan yang tepat perlu memahami dunia kerja serta pengetahuan atas jenis-jenis pekerjaa atau jabatan beserta syarat-syaratnya.
Selain itu mengenali potensi diori, bakat, minat kemampuan dan kualifikasi yang dimiliki pencari kerja serta mengenali kelemahan yang dimiliki.
Seorang pengamat tenaga kerja dari Serang Darlaini Nasution SE mengatakan, ada tiga faktor mendasar yang menjadi penyebab masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia, yaitu ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja, ketidakseimbangan demand (permintaan) dan supply (penawaran) dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan masih rendah.
Umumnya perusahaan atau penyedia lapangan kerja membutuhkan tenaga yang siap pakai, artinya sesuai dengan pendidikan dan ketrampilannya, namun dalam kenyataan tidak banyak tenaga kerja yang siap pakai tersebut. Justru yang banyak adalah tenaga kerja yang tidak sesuai dengan job yang disediakan.
Dosen di Universitas Sultan Agung Tirtayasa (Untirta) ini juga mengatakan bahwa pengangguran masih tinggi karena permintaan kerja sangat sedikit dibandingkan tenaga kerja yang tersedia.
Penyebab lain, kata dia, kualitas SDM itu sendiri yang tidak sesuai dengan yang diharapkan di lapangan, antara lain dikarenakan penciptaan SDM oleh perguruan tinggi yang belum memadai, atau belum mencapai standar yang ditetapkan.
Menurut dia, SDM yang tidak memadai ini bisa disebabkan kurikulum perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan industri, dan juga anggaran yang disediakan pemerintah untuk sektor pendidikan yang masih rendah sehingga yang dihasilkanpun tidak mencapai ‘buah’ yang maksimal.
Dari data statistik dan ungkapan para ahli di atas, saya sungguh khawatir terhadap masa depan diri sendiri. Sedikit cerita, saya dan kelompok berhasil mendapatkan dana HIBAH dari DIKTI untuk program PMW (Program Mahasiswa Wirausaha), dan kami tertarik untuk mengangkat usaha yang bertemakan Disro Muslim. Ada salah satu syarat sebelum mendirikan usaha sendiri, mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti program magang di UKM-UKM terkait, sesuai dengan bidang usaha yang akan digeluti. Kemudian saya dan kelompok pergi mencari usaha yang mempunyai konsep yang sama dengan bisnis yang akan kami geluti. Dan Alhamdulillah, setelah searching kami mendapatkan satu tempat usaha yang memiliki konsep usaha yang sama dengan usaha kami. Setelah bertemu dengan CEO usaha yang kami tuju, kami mendapatkan kuliah gratis, tentang kewirausahaan dan bisnis di lapangan itu seperti apa dan bagaimana. Disana kami pun merasa seperti "SAPI OMPONG" karena ILMU YANG KAMI DAPATKAN SELAMA INI DIBANGKU KULIAH HANYALAH ILMU TEORITIK SEMATA, BUKAN ILMU APLIKATIF YANG BISA MEMBAWA KAMI TERJUN KE DALAM DUNIA USAHA.
<span>Bukan untuk menyalahkan bangku perkuliahan yang sekarang ini saya duduki ataupun menyalahkan dosen-dosen saya yang telah memberikan banyak ilmu ke dalam otak saya secara cuma-cuma. Namun disini saya ingin mengkritisi kurikulum yang ada. Seperti banyak jargon ataupun visi misi kampus yang sering saya lihat, "MEMBAWA MAHASISWA UNTUK BERENTREPRENEUR, MENCIPTAKAN LAPANGAN USAHA DITENGAH PERSAINGAN GLOBAL." Bagaimana JARGON, VISI ATAUPUN MISI ini dapat mencapai tujuannya jika tidak di dukung oleh hal-hal yang teknis, seperi bagaimana membawa mahasiswa untuk menciptakan sebuah karya, usaha, dan hal semacamnya.</span>
Sedikit mengkritisi dengan syarat kelulusan Perguruan Tinggi yang saya perhatikan dari dulu hanyalah "seonggok kertas" yang bernama SKRIPSI, yang kini pun saya akui, saya terlibat di dalamnya. Tapi adakah makhluk lain yang bernama "KREATIVITAS PENCIPTAAN LAPANGAN USAHA" untuk melatih atau sebagai laboratorium usaha dari nol untuk mahasiswa??
Dengan mendapatkan dana hibah DIKTI itu, saya berpikir, akankah lebih baik jika proporsi pembuatan karya tulis (SKRIPSI) dikreasikan dalam bentuk lain, semisal PROPOSAL USAHA yang dapat diajukan ke Universitas, DIKTI, Sponsor atau lembaga terkait dan mahasiswa yang mengajukan PROPOSAL USAHA itu berhak di danai. Hasilnya akan selalu dipantau oleh Dosen Pembimbing dan apabila usaha itu sudah mulai berkembang, mahasiswa tersebut dapat membuat karya tulis tentang usahanya, DAN DINYATAKAN LULUS... BUKANKAH USAHA YANG DIDIRIKAN MAHASISWA ITU ADALAH PELUANG USAHA UNTUK MENARIK TENAGA KERJA BARU DAN MENGURANGI PENGANGGURAN??
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyalahkan siapapun, hanya kegelisahan yang ingin saya tuangkan, dan siapa tau dapat menjadi bahan diskusi dan pencerahan bagi saya pribadi.. Karena saya miris melihat banyak sekali sarjana yang menganggur.. Entah salah sewaktu mahasiswa itu duduk di bangku kuliah ataupun kesalahan di pihak lain.. Naudzubillahimindzalik.. Semoga kegelisahan ini tidak terjadi pada diri saya pribadi atapun sahabat sekalian yang membaca notes ini..
Regards
Rahayu Pratiwi
No comments:
Post a Comment