Cerita ini bermula ketika dua orang mahasiswi yang merupakan perwakilan dari OPMAWA tingkat Universitas melakukan survey kepada mahasiswa negeri sipil yang ada di lingkungan kampusnya. Jangan kaget jika ternyata kejadian ini sama persis dengan pengalaman, cerita teman, atau kondisi di kampus anda. Karena inilah realitanya.
Di suatu sore yang cukup cerah, ana dan ani berencana menyebar kuisioner untuk keperluan evaluasi satu tahun kepengurusan kepala kampus. Mungkin ini adalah pengalaman baru bagi ana untuk terjun langsung kepada teman-teman mahasiswanya. Mumpung sudah di tingkat universitas, ini adalah salah satu bentuk keinginannya untuk melihat realita yang ada dan bagaimana kondisi serta pendapat teman-teman mahasiswa secara langsung terhadap fasilitas kampus, yang secara tidak langsung nanti akan berujung pada kesimpulan pendapat atau sikap mereka terhadap opmawa yang ada di kampus.
Karena hari sudah mulai sore, alhasil tipe mahasiswa yang ditemukan pun mereka yang sedang duduk santai melepas lelah, latihan musik, membahas mata kuliah sebelumnya ataupun yang sedang menunggu mata kuliah terakhir.
Ada enam jenis mahasiswa yang Ana dan Ani mintai pendapatnya sore itu,yaitu:
Sasaran pertama adalah Sekelompok ibu-ibu guru SD yang sedang kuliah lagi dari kampus bagian nun jauh sana. Ada tiga orang waktu itu, dan satu lagi muncul dari tukang fotocopy-an Pada awalnya ketiga ibu itu welcome dan mau-mau saja dimintai pendapatnya, namun ketika yang satunya lagi datang, malah mengganggu proses pengambilan data. Kalau tidak sabar-sabar, ingin saja menyuruh mulutnya diam sehingga tidak nyerocos gak jelas, supaya proses pengambilan data cepat selesai. Kesan pertama: nyebelin banget
Yang kedua adalah mahasiswa dengan keterbatasan fisik yang membutuhkan aksesibilitas kampus. Ia terlihat seperti mahasiswa normal pada umumnya, namun ketika kami mulai berbicara untuk menganggu waktu luangnya sejenak, ia terlihat tidak focus, apalagi setelah disodorkan kertas kuisioner, ia agak bingung, dan akhirnya ana pun tau kalau mahasiswa itu tuna netra. Astagfirullah. Baru kali ini berhadapan dengan mahasiswa yang mempunyai kelebihan seperti itu. Alhamdulillahnya, mahasiswa tersebut tidak merasa tersinggung dan tetap mau melanjutkan untuk memberikan pendapatnya.
Selanjutnya, ana dan ani mengunjungi teman-teman mahasiswa yang membidangi mesin, sipil, elektro, dan lain-lain. Ada sekumpulan mahasiswa yang sedang duduk santai, saling bercengkerama satu sama lain, dengan tangan sambil memegang rokok. Ketika ditanyai pendapatnya mereka agak legowo, walau ada yang terkesan tidak peduli. Dan disini pun karena mahasiswa rata-rata laki-laki, kami agak sedikit “dipandang aneh” oleh mereka. Hmm… Lagi-lagi mental yang dipertaruhkan.
Keempat, karakteristik unik, mahasiswa yang sedang menempuh program pascasarjana. Entah apa yang membuat ani ingin sekali ke sana. Ketika sekelompok pertama kami kunjungi, mereka cukup welcome dengan kedatangan kami. Walau ada beberapa masukan dan beberapa penjelasan atau klarifikasi juga yang kami berikan. Namun, ketika kelompok kedua kami datangi, kami diberi masukan yang luar biasa, bisa dibilang kuliah singkat tentang pembuatan kuisioner penelitian yang sesuai dengan kaidahnya. Luar Biasa. Banyak-banyak sabar karena sepertinya ani tersinggung dengan masukan yang diberikan.
Kelima mahasiswa/i bahasa dan seni yang modis nan nyentrik, walau demikian secara keseluruhan mereka dapat di ajak kerja sama untuk dimintai pendapatnya. Alhamdulillah..
Dan terakhir, keenam adalah mahasiswa pinggiran yang suka nongkrong di pelataran parkir. Disinilah mereka. Dengan rokok dan kopinya. Untuk ana sendiri sebenarnya cukup ganjil dengan keadaan seperti ini. Tapi berusaha tetap merangkul, ingin tau sikap mereka dengan kedatangan kami. Godaan-godaan disertai pertanyaan muncul, entah mereka benar-benar tidak mengerti atau mereka pura-pura tidak mengerti. Jengah, namun tetap dicoba tersenyum. Dan innalillahi, emosi ani cukup tersulut disini. Ya Rabb. Tidak mudah untuk berhadapan dengan mereka.
Pada awalnya kami tidak menyangka untuk melakukan survey langsung ke mahasiswa harus menyiapkan mental yang tangguh. Terhadap penolakan, celaan, ejekan, bahkan godaan. Kami berasa sales yang menawarkan barang dagangan yang sangat tidak menarik sore itu. Hari yang luar biasa karena dapat menyimpukan sebagian kecil karakteristik mahasiswa rakyat sipil kampus tercinta.
Merupakan PR besar bagi sebuah lembaga OPMAWA tingkat universitas, untuk melakukan pendekatan kepada mahasiswa sipil itu. Bergerak bersama untuk “building of leader” sesungguhnya.
No comments:
Post a Comment