Banyak hal yang luar biasa aku dapatkan dari sosok-sosoknya. Ikutilah kata hati maka kamu akan memperoleh apa yang kamu mau bahkan apa yang tidak kamu sangka-sangka.
Berawal dari ketidaksengajaan dan mencari tempat yang aman, aku mendaftar dalam satu lembaga kampus. Saat itu masih sangat hijau umurku. Disana aku pun bertemu dengan suatu komunitas yang berjuang di jalan Allah. Baru pertama kali aku tidak jengah dengan kata “jihad”. Ternyata jihad pun tidak hanya berperang, tapi juga berjuang, membantu sesame di jalan Allah. Di awal mula perjalanan ini, Allah mempertemukanku kepada seseorang Qiyadah yang luar biasa. “Cahaya Fajar”. Senyumnya selalu mengiringi tiap langkahnya. Wajahnya selalu bersinar sesuai dengan namanya, cahaya, senyumnya pun merekah seperti fajar. Subhanallah. Darinya aku belajar kasih sayang, cinta yang tulus, dia begitu mengayomi, menganggap kami semua seperti saudara kandungnya sendiri. Banyak member untuk kebahagiaan orang lain, bukan lewat materi tapi lewat sentuhan hati. Ia memberikan pencerdasan-pencerdasan dan mengenalkan aku akan “dunia ini”. Bekal yang diberikan aku jadikan sebuah pondasi yang hingga kini mengakar kuat dalam sanubari. Sampai akhirnya ketika kami harus terpisah karena Nya, aku menganggap mereka sebagai pelangi dan matahari. Karena merekalah yang menerangi hati dan pikiran ini.
Tentang Qiyadah yang kedua pun tidak luput atas peran serta cahaya fajar. Dipertemukan dalam sebuah pelatihan, subhanallah.. betapa menggugahnya ia. Bukan karena kecakapan fisik, tapi kecakapan ilmu yang luar biasa. Ia begitu cinta ilmu, seorang makhluk pembelajar sejati. Kehidupan mengajarkan Ia banyak hal, tentang kesedihan, kekecewaan, pengorbanan, namun semangad juangnya tetap tinggi untuk merubah nasibnya. “Calon pemimpin masa depan”. Seorang intelektual muda yang sangat berbakat. Banyak sekali yang ia berikan, pencerdasan-pencerdasan dan penguatan tentang hakikat ilmu, cinta ilmu, sangat menghargai ilmu, menjunjung tinggi ilmu, menjadi manusia yang terus belajar. Long life education. Itulah ia, dengan segala apa yang dimilikinya. Sampai saat ini pun dapat dikatakan aku tidak bisa lepas dari baying-bayangnya. Ingin seperti dia. menjadi manusia yang terus belajar, tidak menyerah dengan kehidupan. Menjadi makhluk Allah yang taat untuk menjaga keseimbangan dengan ilmu dan keidealisan. Semoga tetap istiqomah.
Terakhir, Allah mempertemukan aku dengan seorang teman seperjuangan yang mungkin pada awalnya aku menganggapnya kecil, remeh, tidak memiliki kapasitas layaknya seorang pemimpin yang menguasai bidang ilmunya. Namun aku salah. Allah mempertemukan aku dengan nya bukan tanpa alas an. Kali ini saatnya aku belajar sesuatu yang lebih tinggi darinya. Tentang hakikat sabar, syukur, jujur, selalu rendah hati yang dibalut dengan kesederhanaan yang luar biasa. Subhanallah.
Alhamdulillah. Terima kasih Ya Allah. Melalui mereka, Engkau membekali aku tiga keutamaan sekaligus, cinta kasih yang tanpa pamrih, cinta ilmu dan semangad merubah nasib, dan yang terakhir kualitas seorang hamba yang sudah sepatutnya memiliki sabar, syukur, jujur, ikhlas dan rasa sederhana yang luar biasa.
No comments:
Post a Comment