dakwatuna.com
– Beda! Ya,
setiap orang punya perbedaan. Baik beda warna kulit, beda suku, beda bahasa dan
beda bangsa dan beda-beda lainnya. Namun walaupun demikian perbedaan yang ada
tidak membuat kita berpecah meskipun pada realitanya kita terlalu banyak
berdebat pada masalah-masalah furu’ (cabang). Sebab kita ini adalah satu ummah,
satu batang tubuh. Di mana jika satu bagian merasakan sakit, maka yang lain
juga turut merasakan sakit begitu sabda junjungan Nabi Saw.
Sobat muslim
muda, ada tiga hal yang menjadi titik persamaan kita. Dan tiga point inilah
yang seharusnya mampu dan selalu menyatukan langkah kita, sehingga menjadi satu
barisan yang kokoh tak terkalahkan.
Pertama: Kita disatukan oleh satu “Aqidah”.
Kita mempunyai aqidah yang sama. Allah tujuan kita, Rasulullah adalah tauladan
kita, Al Qur’an kitab suci kita yang menjadi pedoman dalam hidup kita.
Nah, aqidah
inilah yang mampu menyatukan kabilah-kabilah Arab yang dulunya suka berperang
menjadi satu saudara. Begitu juga dengan orang kulit hitam, kulit kuning
bersaudara dengan orang yang kulit putih. Mereka disatukan dan diikat dalam
satu aqidah.
Bahkan
terkadang persaudaraan seaqidah lebih kuat dibanding persaudaraan sedarah.
Makanya salah satu nikmat yang paling besar adalah nikmat ukhuwah. Karena
dengan ukhuwah ini kita menjadi saling membantu sesama saudara. Bisa kita
katakan ikatan yang paling kuat itu adalah ikatan aqidah bukan ikatan nasab
atau keluarga.
Kita pasti
masih ingat dengan cerita Nabi Nuh yang berdoa kepada Allah agar anaknya
diselamatkan dari banjir bandang. Akan tetapi Allah mengatakan bahwa si kan’an
bukanlah termasuk dari keluarganya dikarenakan anaknya tidak mau memenuhi ajakan
ayahnya untuk bertauhid kepada Allah.
Kedua: Kita disatukan dalam satu “Risalah”
yaitu risalah Islam. Dari dulu sampai sekarang Al Qur’an yang kita baca sama
dengan Al Qur’an yang dulu dibawa oleh Rasulullah. Tak ada yang beda. Rukun
Islam dan rukun iman tidak ada yang bertambah ataupun berkurang dengan kemajuan
zaman. Semuanya tsabit (tetap).
Allah
mengatakan dalam Al Qur’an bahwasanya orang-orang yang beriman itu bersaudara.
Tidak jauh beda memang dengan point sebelumnya. Karena aqidah atau iman lebih
bersifat keyakinan dalam hati sedangkan Islam adalah amal-amal perbuatan.
Di sini, di
negeri Kinanah tempat saya menimba ilmu. Saya punya banyak saudara dari
berbagai benua. Ada yang dari Afrika, Eropa, Asia dan lain sebagainya. Meskipun
berbeda warna kulit dan bahasa. Tapi kami saling akrab dan saling
bantu-membantu. Tak ada yang menyatukan hati-hati kami selain satu risalah
yaitu al Islam.
Ketiga: Kita disatukan oleh satu “Qodhiah”
atau satu permasalahan yaitu Qodhiah al Filastiniah. Permasalahan Palestina
bukan sekadar permasalah perebutan wilayah. Tapi ia lebih dari itu. Ini adalah
salah satu PR umat yang masih belum terselesaikan. Masalah Palestina adalah
masalah kita bersama.
Dulu ketika
negara Zionis Israel mendeklarasikan berdirinya di bumi Palestina.
Saudara-saudara Arabnya bersatu untuk melawan Zionis Israel. Akan tetapi
beberapa kali perang melawan Zionis Israel tetap saja kalah. Dr. Abdullah Nasih
Ulwan dalam bukunya “Al Islam wal Qadhiah Filastiniah” mengatakan bahwa
peperangan Arab-Israel selama ini lebih kepada perang atas dasar nasionalisme
dan kefanatikan bukan atas dasar dan niat ingin meninggikan kalimat Allah
sedangkan kemenangan itu datangnya dari Allah.
Lalu
bagaimana dengan masalah revolusi Suriah yang sudah menelan dua puluh tiga ribu
syuhada’. Masalah etnis Rohingya yang diusir dari negerinya Arakan. Somalia
yang masih perang saudara. Serta masih banyak lagi bumi Islam lainnya yang
masih butuh perhatian. Penulis buku “Ahadits Musthafa fi Ghirsi Hubbil Al
Aqsha” mengatakan bahwa apa yang terjadi di dunia Islam sekarang ini adalah
akibat kita menyia-nyiakan qodhiah yang sangat penting yaitu “Qodhiah
Filastin”. Beliau menambahkan bagaimana kita bisa membantu saudara di
belahan bumi lainnya sedangkan masalah yang paling penting saja kita
sia-siakan. Wallahua’lam.
No comments:
Post a Comment